Kamis, 16 Desember 2010

Leci

Senin, 29/03/2010 16:31 WIB

Herbal: Leci


img
Foto: ist.
Deskripsi:
Leci (
Litchi chinensisSonn.) biasanya dijual segar untuk bisa dikonsumsi langsung. Buah leci dikenal karena rasanya yang istimewa, manis, segar, dan beraoma wangi. Buah ini masih sekeluarga dengan Kelengkeng, dan merupakan tanaman khas dari daerah tropis dan subtropis. Selain rasanya yang istimewa, buah Leci berkhasiat bagi kesehatan. Kandungan vitamin C yang tinggi mampu mencegah pertumbuhan berbagai sel-sel kanker.

Kandungan:
- vitamin c
- kalium
- karbohidrat
- protein
- lemak
- gula
- sukrosa
- glukosa

Khasiat:
Buah ini dipercaya dapat mengatasi:
-
batuk
- tumor
- mencegah pertumbuhan sel-sel kanker.

Mengasah Ketajaman Mata Hati

Mengasah Ketajaman Mata Hati

Jumat, 26 November 2010, 10:56 WIB
Mengasah Ketajaman Mata Hati
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--"Katakanlah, 'Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah (argumentasi) yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'". (QS Yusuf [12]: 108).

Ayat di atas merupakan ajakan untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan berbasis hujah, atau argumentasi. Sebuah ayat untuk menegaskan bahwa kehidupan keberagamaan seseorang harus dibangun berdasarkan argumentasi yang kuat, melalui ketajaman mata hati, atau basirah.

Semakin luas dan tajam basirah seseorang, semakin serius pula amaliah dan praktik keberagamaannya. Keikhlasan dan keistikamahan akan lahir dengan sendirinya. Dalam ayat di atas, Allah mendampingkan proses kewajiban dakwah dengan basirah sebagai sebuah kewajiban syari yang dituntut oleh Islam.

Ibnu Katsir mengidentifikasi basirah sebagai sebuah keyakinan yang berlandaskan argumentasi syari dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta. Menurut Syaukani, basirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang hak dari yang batil, benar dari salah, dan begitu seterusnya.

Untuk mendapati ketajaman basirah, banyak amaliah yang harus dipenuhi.

Pertama, adanya sebuah kesadaran niat yang benar. Karena, niat yang salah akan turut mempengaruhi kinerja dan mengakibatkan kerja yang asal-asalan. Terlebih, ibadah dan amaliah ketaatan cenderung naik turun. Inilah rahasianya mengapa setiap amal dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah.

Kedua, untuk menajamkan basirah, mutlak seseorang harus tobat secara sungguh-sungguh. (QS At-Tahrim [66]: 8).

Ketiga, menyisihkan hasrat dunia dengan tak tebersit untuk menabung banyak dosa dan maksiat. (QS Al-Hujurat [49]: 11).

Keempat, serius menjaga amalan wajib dan menghidupkan yang sunah (QS Thoha [20]: 90).

Kelima, menghidupkan waktu terutama di malam hari dengan banyak berzikir dan bermuhasabah. Siang banyak berbuat kebajikan dan malam tidak dihabiskan dengan tidur. "Sesungguhnya, mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat dengan ihsan. Di dunia, mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan, selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar". (QS Adz-Dzariyat [51]: 16-18).

Hal lain adalah menumbuhkan rasa takut terhadap hisab akhirat. Selain itu, perlu melatih ketekunan, kesabaran, dan kokoh terhadap gempuran godaan.

Dari titik inilah, seseorang secara perlahan akan memiliki ketajaman mata hati (basirah) sehingga amaliah dakwahnya akan senantiasa dinamis dan cerdas mencari kreativitas baru dalam berdakwah.

Contoh sosok yang memiliki basirah mengagumkan adalah Nabi Nuh AS. Di tengah penolakan kaumnya, ia tetap mencari terobosan baru dalam berdakwah. Ia tetap komit dan tegar, bahkan mencari alternatif sarana dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya.

Red: Budi Raharjo
Rep: Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham

Rabu, 15 Desember 2010

Ya Allah ampuni aku

RABBIGFIRLII

Ya Allah ampuni aku...

Begitulah belasan kali mulut kita menggurimin (menggumam) mengucapkan kalimat
singkat tersebut dalam do'a kita didalam shalat. Namun saat kita ditanya:
"bagaimana jawaban Allah terhadap do'a kita tersebut?". Kita biasanya hanya bisa tersenyum kecut menjawabnya. Seakan-akan kita menyembunyikan sesuatu yang tidak jelas didalam jawaban kita itu. Sesuatu yang kita sendiri tidak yakin akan adanya jawaban Allah itu. Kita seperti berada di dalam dunia absurditas. Dunia antara ada dan tiada.

Karena belum puas berdo'a didalam shalat tersebut, makanya setelah shalat biasanya kita kemudian kembali berdo'a dan berdo'a dengan semangat empat lima untuk minta ampun kepada Allah. Kadangkala kita sebutkan satu persatu kesalahan dan dosa-dosa masa lalu yang mungkin pernah kita lakukan. Kita kadang juga merintih: "kalaulah tidak Engkau maafkan aku ya Allah, maka aku akan menjadi orang yang sangat merugi dan menderita...". Tidak jarang do'a minta ampun kita itu begitu panjangnya (lebih panjang dari durasi shalat kita), dan kadang
diiringi pula dengan deraian airmata kita yang membanjir. Semakin kita ingat akan dosa kita, biasanya sedu-sedan penyesalan kita juga akan bertambah hebat.

Kalau sudah begini, biasanya barulah kita "merasa" puas. Seakan-akan kita sudah curhat habis kepada Allah. Kita menganggap bahwa do'a kita itu sudah diterima oleh Allah. Apalagi setelah bertangis-tangisan itu ada segumpal rasa lega yang menggelayuti dada kita. Puas sekali rasanya. Makanya dimana ada pengajian atau Ustadz yang bisa membuat orang menangis seperti ini, biasanya akan dicari-cari orang. Sejauh apapun tempatnya, akan dijambangi orang dengan mata berbinar-binar. Ustadznyapun kemudian akan dielu-elukan dan dihormati orang dengan kadar yang lebih dari orang biasa. Bahkan tidak jarang kita minta do'a kepada sang Ustadz, seakan-akan kalau sudah dido'akan oleh Beliau semua urusan tentang kesalahan dan dosa-dosa masa lalu kita itu sudah selesai. Kita merasa sudah aman....

Namun saat kita kembali ditanya orang: "sebenarnya jawaban Allah atas do'a-do'amu yang berbalut oleh air mata tadi apa?". Jawaban kita mulai sedikit agak berbentuk. "Setelah menangis tadi, aku jadi puas..., aku lega..., aku tenang..., dsb...". "Lalu bagaimana...?". "Ya besok-besok, kalau ada acara yang sama aku ingin ikutan lagi", kata kita dengan raut wajah sumringah. Seakan-akan kalau kita berdo'a sendirian dirumah itu tidak afdal. Tidak keren.

Anehnya tidak lama berselang, sambil terheran-heran, kita tiba-tiba telah melakukan kembali dosa-dosa yang kemaren-kemaren kita minta ampunkan oleh Allah.
Dosa itu seperti terjadi begitu saja, walau kita tahu bahwa itu adalah dosa, dan kita telah minta ampun pula kepada Allah. Misalnya betapa sering kita kembali dan kembali bergunjing, berbohong, iri, dengki, bertengkar dan marah yang nggak karuan, sampai kepada perbuatan maksiat, mencuri, korupsi, setelah kita tadinya berdo'a dengan diiringi tangisan pula.

Lalu bagaimana ini ?. Apa yang terjadi dengan do'a-do'a kita kalau yang terjadi adalah seperti itu?. Sebenarnya jawaban Allah atas do'a kita diatas itu apa sih bentuknya?.

Mau tahu....?.

Rabbigfirlii..., ya Allah ampuni aku...

Kalau dalam mengucapkan kalimat diatas, keadaan atau suasana yang kita temui adalah yang seperti diatas, maka dengan terapi tertawa nggakak sampai keluar airmata juga akan sama hasilnya. Buat sesaat dada kita akan terasa lapang. Beban yang menindih dada kita rasa terlepas buat beberapa waktu. Ada rasa lega yang muncul. Hal seperti ini pernah saya lihat di discovery channel bahwa ada sekelompok orang yang sering berkumpul untuk "stress release" dengan cara mereka menciptakan suasana lucu sehingga pesertanya bisa tertawa terpingkal-pingkal.
Walaupun kadang tidak lucu, tapi kalau urat syaraf tertawanya sudah kena, maka mereka akan tetap tertawa terbahak-bahak. Kalau keadaannya seperti ini, namanya kita tengah mengolah dan memakasa otak kita agar otak kita ini percaya betul bahwa kita lagi senang, kita lagi gembira, atau kita lagi sedih, kita lagi menyesal, dan sebagainya.

Fitrahnya, otak kita ini kan tidak bisa membedakan apakah kita ini tengah berimajinasi, melamun, atau mengalami kejadian yang sebenarnya. Reaksi otak kita sama saja. Masalah ini akan saya bahas lebih lanjut dalam artikel "Suka-sukamulah". Apakah kita beragama atau tidak, otak kita tidak bisa membedakannya. Juga, sekresi hormon yang dikeluarkan oleh otak sama saja antara kita membayangkan sedang memakan jeruk nipis dengan sedang memakan jeruk nipis benaran. Kalau kita merasa punya dosa, lalu kita merintih dan menghiba-hiba
penuh penyesalan, maka otak kita akan meresponnya dengan mensecresikan hormon penyebab airmata kita keluar. Setelah kita menangis, otomatis hormon pembentuk rasa bahagia juga mengalir kedalam dada kita, sehingga beban yang selama ini ada didalam dada kita seperti menghilang. Lalu sejenak dua jenak kemudian mucul rasa senang dan bahagia didalam dada kita. Sehingga kita merasa bahwa apa yang kita lakukan barusan adalah sudah benar. Kalau tadinya kita merasa berdosa dan tertekan, setelah bedo'a, dan bertangis-tangisan itu kita merasa tenang dan bahagia, kita lalu merasa proses tobat dan rasa penyesalan kita itu sudah benar adanya. Raut wajah kita sumringah, mata kita berbinar. Kitapun dengan bangga
berkata bahwa apa yang telah kita lakukan itu sudah benar adanya.

Akan tetapi sayangnya rasa puas dan bahagia seperti itu tidak bisa bertahan lama. Tidak berapa lama kemudian kita sudah lupa kembali. Begitu sebuah keadaan yang sangat mendukung kita untuk berbuat buruk seperti sebelumnya muncul, maka kitapun dengan mudahnya akan kembali melakukan berbagai perbuatan buruk seperti sebelum-sebelumnya itu. Lho..., tiba-tiba saja kita sudah terpuruk kembali melakukan perbuatan nestapa. Rasa bersalah kita kembali mengharu biru.

Inilah salah satu jebakan atau hijab yang sangat halus kalau kita dalam beragama ini semata-mata hanya berpedoman kepada proses olah otak atau olah pikir saja dan olah tubuh semata, walau didalamnya ada perubahan-perubahan fisik dan kejiwaan yang mengikutinya.

Alhamdulillah..., sepengalaman saya, islam telah memberikan kemudahan yang amat sangat kepada siapapun yang mau mencobanya untuk bisa terbebas dari segala duka nestapa akibat rasa bersalah dan rasa berdosa atas perbuatan buruk yang pernah dia lakukan dimasa lalu. Proses itu begitu sederhananya, yaitu sebentuk do'a pendek yang selalu kita ucapkan dalam posisi duduk diantara dua sujud. Do'a itu adalah: "Rabbigfirlii..., ya Allah ampuni aku...". Sangat-sangat sederhana.

Dalam kalimat yang sangat sederhana ini, kita tidak perlu sekelebatpun untuk mengingat-ngingat berbagai kesalahan dan dosa-dosa masa lalu yang pernah kita lakukan. Sebab begitu kita mengingat berbagai kesalahan dan dosa kita itu, biasanya objek fikir dan kesadaran kita akan berpindah kembali kepada kesalahan demi kesalahan kita itu. Begitu kita ingat sebuah kesalahan dan dosa yang dulu pernah kita lakukan, maka secara otomatis suasana saat kita sedang melakukan kesalahan dan dosa itu akan di recall kembali dari memori kita. Kesalahan dan dosa itu seperti baru saja kita lakukan dan menyata kembali. Namun pada saat yang sama rasa takut kita akan hukuman dan siksaan dari Allah atas dosa dan kesalahan itu juga meningkat, sehingga perasaan kita seperti terombang ambing tak menentu. Dada kita seperti ditekan dari atas dan dari bawah. Ilmu kita (olah pikir) mengatakan itu dosa, tapi suasana jiwa kita terlempar keruangan masa lalu yang penuh dosa yang kita ingat kembali. Suasana seperti ini membuat kita seperti orang dengan kepribadian ganda. Sehingga kita sering dipanggil sebagai TOMAT BALI, habis (TO)bat ku(MAT) kem(BALI). Tersiksa sekali sebenarnya.

Namun, kalau membaca Rabbigfirlii itu kita lakukan dengan positioning yang tepat, maka hasilnya akan sangat berbeda. Proses positioning itu adalah sebagai berikut:

• Pertama proses persiapan. Ketika sujud.

Saat sujud sebenarnya rohani kita sedang berada pada posisi yang sangat rendah dihadapan Allah. Kalau positioning kita tepat, maka Rohani kita dipegang oleh Allah. Akan muncul suasana kerendahan rohani kita dihadapan Allah. Kerendahan rohani itu bukanlah hasil dari sebuah olah fikir dan olah emosi. Yang kita dapatkan itu adalah keadaan rendah yang dituntun, rendah yang bersuasana, rendah yang diperjalankan. Pada saat yang samapun kita akan dihadapkan pada kenyataan bahwa kita sedang berjumpa dengan Sang Maha Tinggi.

Biasanya sujud kita yang seperti ini akan menjadi lama. Kita tidak rela buru-buru untuk duduk. Karena saat itu rohani kita tengah duduk pada posisinya yang sebenarnya, yaitu posisi yang selalu ingin merendah, meringkuk, dipegang dan dituntun oleh Allah. Saat sujud itu kita biarkan rohani kita berserah total kepada Allah. Suasananya seperti orang yang sedang bergantung dan kita tidak ingin gantungan kita itu copot. Posisi seperti orang yang sedang terpesona dan kita tidak ingin keterpesonaan kita itu copot. Tidak jarang muncul sedikit suara
menggeram halus yang keluar bersamaan dengan keluarnya nafas kita. Itulah suara rohani kita. Sungguh suasana yang sangat pribadi sekali.

Setelah itu dari "DALAM" akan mengalir daya yang begitu halus yang merambat dan menyentuh pita suara kita sehingga kemudian membentuk bunyi dalam bentuk bahasa
manusia.

"Subhanarabbial a'la wa bihamdihi...", ungkap kita dengan suara berbisik yang sangat santun dan lirih.
"Sungguh hamba bersaksi akan kemahasucian Allah, Sang Maha Tinggi".

Ungkapan kita itu adalah sebentuk pernyaan persaksian rohani kita atas sebuah kebenaran tentang Allah. Sungguh benar hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa saat yang paling dekat seorang hamba dengan Allah adalah saat sujud itu.
Sungguh ucapan pujian kita itu bukan hanya ungkapan sekedar pemanis lidah saja.
Tapi sebuah kebenaran yang menyata.

Sampai pada saatnya, suasana itu akan berakhir dengan sendirinya. Muncul suasana seperti selesai. Dess begitu...!. Dengan itu kita seperti dipersilahkan oleh Allah sendiri untuk duduk iftirasy.

"Ya... sudah wahai hambaku..., sekarang tenanglah".
"La Khaufun..., janganlah takut..., LaTahzan..., janganlah khawatir dan bersedih hati. Ada Aku yang akan menjagamu...". Sangat pribadi sekali suasananya.

Ketika kita dijaga oleh seorang pengawal pribadi saja rasanya begitu nyaman dan tenang, masak sih SAAT dijaga dan dituntun oleh Allah tidak ada rasanya sama sekali. Kelewatan sekali memang membatunya hati kita ini.

CATATAN: Akan tetapi kalau prosesi perendahan rohani kita dihadapan Allah ini tidak sampai tuntas, artinya sujud itu kita lakukan secara cepat dan sekelebatan saja, maka rohani kita seperti terlempar di kegersangan gurun pasir. Rohani kita menggelepar kehausan dan merintih dengan memilukan. Akibatnya pun segera akan terasa. Sujud kita itu jadi hambar dan itu akan berpengaruh pula pada perilaku dan perbuatan kita selanjutnya. Kita akan menjalani hari-hari kita dengan kegersangan dan kegaringan perilaku pula. Perilaku orang-orang yang hatinya
telah membatu dan mati kata Al Qur'an.

Nah..., dalam keadaan rohani yang masih bening seperti itu, barulah kemudian kita duduk IFTIRASY untuk bermohon kepada Allah. Kita bermohon pertolongan Allah atas hal-hal terpenting yang kita perlukan didalam hidup kita.

Rabbigfirlii..., Duhai Allah..., ampunilah hamba....

Dalam keadaan rohani seperti diatas, ungkapan permohonan ampun kita ini terasa begitu dalam. Begitu menghunjam menembus kedalaman rohani yang tak terbatas.
Setelah ucapan itu kita tinggal duduk diam sejenak untuk menunggu Allah memproses jawaban-Nya atas do'a minta ampun kita itu. Kita jangan buru-buru untuk pindah mengucapkan do'a yang berikutnya. Diamlah sejenak.

Dalam sehirupan nafas kemudian, akan ada daya lembut yang turun membasuh rohani kita. Rohani kita seperti di celup (di shibgah) oleh daya yang turun tersebut.
Segala beban rohani kita tercabut sampai keakar-akarnya. Dalam sehirupan nafas berikutnya, daya itu seperti diambil kembali oleh Allah dengan membawa serta semua beban, rasa bersalah, rasa berdosa yang tadinya ada dalam rohani kita.
Yang tersisa kemudian hanyalah sebentuk rohani yang begitu lapang, tenang dan bening. Rohani yang pekat dengan rasa diampuni.

Munculnya rasa diampuni inilah jawaban Allah yang sangat jelas bisa kita rasakan. Andaikanlah kita bersalah kepada seorang yang jauh lebih kuat dari kita. Kita merendah mohon ampun kepadanya. Kita menunggu-nunggu jawaban orang tersebut atas permintaan maaf kita. Begitu orang tersebut memberi kita maaf. "Ya sudah..., kamu saya maafkan". Alangkah lega rasanya dada kita ini. Masak jawaban Allah tidak punya bekas sedikitpun bagi kita. Sunguh benarlah kata Al Qur'an bahwa untuk bisa membaca bahasa Allah itu memang perlu rohani yang bening dan lapang. Bukan rohani yang keras membatu dan mati.

Dan yang sangat-sangat mencengangkan sebenarnya adalah, ketika kita dikemudian hari dihadapkan pada keadaan dimana 100 % atau bahkan lebih kita sangat-sangat punya kesempatan untuk melakukan keburukan yang sama dengan yang pernah kita lakukan dulu, namun anehnya tidak sedikitpun muncul rasa kita ingin kita untuk kembali melakukan perbuatan buruk itu. Kita seperti dihalangi Allah oleh untuk berbuat buruk itu. Yang namanya tidak ingin, walau kesempatan untuk itu sangat ada, ya..., kita tidak capek dan lelah sedikitpun.

Inilah sebagai tanda bahwa do'a kita: rabbigfirly..., dikabulkan oleh Allah. Dan ini akan sangat sesuai dengan Al Hadist. Bahwa salah satu syarat dari "taubatan nasuha" itu adalah kita tidak lagi melakukan kejahatan yang pernah kita lakukan dulu setelah kita bertaubat.

Dan ternyata ketidakmauan kita untuk melakukan ulang perbuatan buruk itu bukanlah sebagai hasil dari rekayasa fikiran dan rekayasa emosi kita sendiri.
TIDAK sama sekali. Tapi itu adalah atas ampunan Allah dengan cara Allah mencabut sendiri keinginan berbuat buruk itu dari rohani kita. Proses itu berlangsung dengan tanpa daya dan tanpa usaha kita sedikitpun.

Begitulah cara Allah menjawab dan mengabulkan do'a kita. Rabbgigfirlii..., DERR.

Subhanallah..., sungguh Rabbigfirlii adalah sepenggal kalimat sederhana, namun dulu begitu sering terlontar dari celah bibir manusia agung, Muhammad Salallaahuu `alaihii wa sallaam dan para sahabat-sahabat terpilih Beliau.

________________________________________________________________________
CATATAN: Kenapa hanya para sahabat yang terpilih?. Jawabnya juga sederhana saja.
Andaikan posisi rohani semua sahabat yang hidup sesudah wafatnya Rasulullah adalah tepat, maka tidak akan ada pembunuhan Usman bin Affan, tidak akan ada pembunuhan Ali bin Abi Thalib, tidak akan ada pembunuhan cucu-cucu Beliau yang sangat Beliau sayangi Hasan dan Husein, tidak akan ada perang Shiffin, tidak akan ada Syi'ah dan Sunni berikut dengan segala variannya. Tidak akan ada !.
Tidak ada penggolongan-penggolongan islam. Islam ya Islam. Titik. Karena memang pada saat posisi rohani kita berada didalam "Rumah" yang sama. Semua adalah satu. Karena memang semua berasal dari RUH yang satu. RUH Milik Allah.

Sementara kalau kita berada didalam "Rumah Pikiran", maka keramaian dan keriuhrendahanlah yang akan tercipta. Kita menjadi tanah-tanah yang selalu ramai dan ribut dengan berbagai perselisihan dan pertentangan pikiran dan persepsi.

"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus", (Al Baqarah 213).
_______________________________________________________________________


Dan kalimat Rabbigfirlii itu ternyata akan mengantarkan siapapun yang membacanya (pada posisi rohani yang TEPAT) untuk menjemput celupan daya pengampunan total dari Allah.
Setelah itu barulah kita ungkapkan bait do'a iftirasy berikutnya...,
Warhamnii..., sampai celupan Rahmat Allah yang kita mohonkan itu turun membasuh
rohani kita dan setiap DNA kita.

Lalu adakah yang lebih baik dari Shibgah Allah (SHIBGATULLAH) ...?.

Rabbigfirlii..., rabbigfirlii..., rabbigfirlii... DERR.

SELESAI....

Wallahu a'lam..
Deka
Jalan Kabel no 16, Cilegon
Jam 10:30, Hari 5, bulan 4, tahun 2010

Senin, 13 Desember 2010

Cahaya di atas Cahaya

Cahaya Diatas Cahaya.

Ittaquu firasatal mukmin, fa innahu yandhuru binurillah : Percayalah dengan Firasat orang beriman, karena Ia melihat dengan Cahaya Allah. ( Al hadist )


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada Cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.( QS. An Nur, 24: 35)


Inilah dasar pengajaran spiritual yang sesungguhnya, digambarkan sebagai Cahaya Tuhan yang menyinari jiwa manusia. Spiritual bukan kajian ilmiah diUniversitas atau Pondok Pesantren (Ma'hat) sebagaimana biasanya kita kenal. Dalam hal ini, Allah menjelaskan proses pengajaran dan bimbingan-Nya melalui perumpamaan Myskat. Yang didalamnya terletak sebuah pelita yang tertutup kaca. Cahaya-Nya terkumpul dalam cerukan dinding yang berlubang, merupakan perumpamaan dada manusia yang dipenuhi Cahaya Allah. Dengan Cahaya itulah manusia mampu menangkap dengan jelas bimbingan Allah dalam setiap langkah kehidupannya. Cahaya ini tidak dapat diperoleh dari mendengarkan pengajian dan mengumpulkan data ilmu pengetahuan yang tercatat dalam kitab-kitab. Itu hanya petunjuk awal untuk memahami bagaimana orang bersikap dan belajar menerima bimbingan Allah secara ruhani.


Kitab Suci Al qur'an merupakan "Peta Ruhani" dan petunjuk bagi pejalan menuju Tuhan. Yang didalamnya dijelaskan mengenai pengajaran yang dapat diterima secara langsung dalam jiwa manusia. Sikap ini dikenal dengan istilah ihsan, yaitu menyadari Tuhan melihat sikap dan tindak tanduk hati manusia. Tuhan tidak hanya terbatas mengamati perilaku kita dan hanya berdiam diri. Akan tetapi Tuhan Yang Maha Hidup memberikan pengajaran kepada jiwa manusia yang percaya dan yakin atas keberadaan Tuhan. Disebutkan dalam Al qur'an Tuhan ada, namun keberadaan-Nya tidak bisa ditangkap oleh penglihatan dan pikiran manusia. Ia ada sangat dekat dengan jiwa manusia, sehingga apa yang dibisikkan dalam hatinya terdengar dengan jelas, karena Ia Maha Mendengar. Tidak Hanya sampai disini penjelasan mengenai Tuhan, dengan tegas Al qur'an mengatakan bahwa Tuhan akan merespons setiap do'a bagi yang berdo'a. Inilah yang dinamakan sikap ihsan atas keberadaan dan kegiatan Tuhan terhadap manusia. Maka dengan demikian, pemahaman atas Tuhan dengan segala keadaan-Nya disimpulkan dalam bentuk sikap yang sederhana berikut ini :


Duduklah dalam keadaan bersih lahir maupun bathin, tinggalkan kegiatan lahir yang berasal dari nafsu. Aktifkan ruhani anda, karena Tuhan tidak bisa dijangkau oleh pikiran dan penglihatan kita. Setiap manusia pasti memiliki jiwa, dengan jiwa inilah manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Dan kepada jiwa manusia, Allah menuntun kegiatan Ruhani menuju pengetahuan-Nya berupa ilham. Pengetahuan ruhani dapat anda rasakan secara langsung tanpa hijab. Anda akan merasakan setiap tuntunan itu mengarah kepada kebaikan dan kebahagiaan sejati. Lihatlah hasilnya dalam Al qur'an yang menjelaskan mengenai pengalaman pengajaran spiritual dalam diri anda. Anda akan diajak berada dalam keadaannya, bukan dalam pengetahuan berupa pikiran anda. Anda akan berada (being experience) yang tidak bisa diungkapkan dalam kata dan artikulasi. Sebagaimana anda merasakan berada dalam keadaan rasa cinta yang sejati.


Allah berkata : Jika kita menyebut nama-Nya didalam jiwa dengan merendahkan diri dan penuh hormat. Maka akan diturunkan rasa tenang mengalir dalam jiwa anda. Jika anda mengalami keadaan ini, berarti anda memahaminya secara nyata dalam jiwa anda, bukan dalam pikiran anda. Allah Yang Maha Hidup selalu merespons apa yang kita lakukan dihadapan-Nya. Jika kita hadir Allah juga hadir, jika kita berkata Allahpun berkata dalam bahasanya yang dipahami oleh Jiwa. Lakukan seperti dibawah ini :


Allah berfirman :


.....barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.( QS. Ath Thalaq,65:2-3)


Pernahkan anda merasakan apabila ada kesulitan kemudian berdoa dan bertawakkal kepada Allah, kemudian langsung anda rasakan jawabannya dan mendapatkan jalan keluar ? Bahkan mendapatkan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Jika semakin buntu (tidak ada jalan keluar) apa yang anda lakukan ketika melakukan komunikasi kepada Yang Maha mengetahui segala urusan. Sudahkah anda menundukkan jiwa anda kemudian berserah total dan memahami apa yang diturunkan kedalam jiwa anda ? Sebab Allah memberikan jawaban dalam setiap doa langsung kedalam hati orang beriman. Jika tidak ada jawaban, pasti ada yang salah dalam hal ini. Karena tidak mungkin Allah mengingkari janji (laa tukhliful mi'aad). Untuk itu, perlu dilakukan pemahaman lebih dalam persoalan kepercayaan kita kepada Allah, terutama bagaimana menangkap signal atau getaran yang dapat dipahami. Mungkinkah orang biasa seperti kita bisa menerima petunjuk Allah, seperti apakah keadaan yang akan kita rasakan ?


Duduklah dengan penuh taqwa dan percaya serta mewakilkan (menggantungkan) segala hidupnya kepada Allah saja. Hadirlah dihadapan-Nya dengan tunduk dan hormat, hilangkan keraguan dalam hati. Sebutlah Nama Allah dengan penuh harap, sehingga terasa hening dalam jiwa anda. Rasakan keheningan yang diturunkan dalam hati anda, semakin lama akan terasa bening dan menenangkan. Tundukkan jiwa anda semakin dalam , biarkan lintasan pikiran yang sesekali muncul menggangu. Jangan perdulikan, tetapkan jiwa anda mengamati keheningan jiwa anda. Dan berusahalah tetap menyebut Nama Allah sampai pada tahapan anda mampu membedakan pikiran, emosi, perasaan dan ilham yang datang sangat cepat dan jelas. Biasanya muncul petunjuk pada saat pikiran anda tidak terlibat, nafsu dan emosi kita tersapih. Petunjuk datang bukan hasil rekayasa dan hayalan atau rangkaian peristiwa dalam memori dalam otak. Ia menelusup sangat cepat dan jelas, dan rasanya seperti sudah berada pada keadaan yang akan terjadi. Anda diberi kepahaman langsung kedalam jiwa anda, cirinya tidak ada keraguan. Sebab ia datang berupa keadaan seperti yang akan terjadi sebelum terjadi. Mengapa demikian ? Karena anda berada pada orbit jiwa yang tidak terikat oleh ruang dan waktu Anda telah terlepas dari ikatan tubuh yang memilki arah dan jarak. Jiwa anda bukan badan ini, yang terikat oleh putaran bumi dan orbit matahari. Sehingga terjadi waktu akan datang dan masa lampau. Beradalah dalam jiwa anda dan mendekatlah kepada Allah, anda akan merasakan petunjuk semakin jelas.


Malang, Thursday, 25 November 2010 00:36

Written by Abu Sangkan

Olahraga Otak

10 Cara Olahraga Otak

Olahraga otak sama pentingnya dengan olahraga tubuh. Dengan olahraga otak, akan terbentuk saraf baru yang dapat melindungi terhadap gejala demensia atau kepikunan. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk olahraga otak.

Dilansir dari Livestrong, Sabtu (2/10/2010), berikut 10 cara melatih atau olahraga otak:

1. Membiasakan aktif menjadi kidal (aktif tangan kiri) dan juga kanan
Lakukan tugas dengan tangan non-dominan, jika biasanya dominan tangan kanan maka gunakan tangan kiri (kidal) dan sebaliknya. Contohnya saat menggunakan mouse komputer, menyikat gigi dan mengikat sepatu dengan arah yang berlawanan. Menurut Franklin Institute, jenis latihan ini dapat memperkuat hubungan saraf yang ada dan bahkan membentuk saraf baru.

2. Membaca
Membaca dapat melenturkan otot-otot otak, baik bacaan ringan (seperti komik atau majalah) maupun bacaan untuk informasi. Dan menurut studi Dr Nikolaos Scarmeas padaa tahun 2001, membaca dapat membantu membangun 'cadangan kognitif' untuk menunda timbulnya demensia.

3. Bermain puzzle atau teka-teki silang
Teka-teki silang, puzzle, Sudoku dan jenis puzzle lainnya, dapat melatih otak khususnya otak kiri, menurut pusat pelatihan kognitif LearningRx. Tambahkan strategi baru untuk mengefektifkan latihan otak, misalnya memecahkan teka-teki silang dengan tema yang tidak biasa.

4. Bermain permainan strategi
Permainan strategi seperti catur, monopoli atau game komputer lainnya, akan menggunakan otak kanan yang dapat membantu orang untuk lebih berpikir kreatif.

5. Ubah rutinitas
Menurut Lawrence Katz, profesor Neurobiologi di Duke University Medical Center, mengubah rutinitas dan cara-cara hidup baru dapat mengaktifkan koneksi otak yang sebelumnya tidak aktif. Latihan yang bisa dilakukan misalnya, mandi dengan mata tertutup atau mengatur ulang kantor atau meja.

6. Belajar bahasa asing
Dengan belajar bahasa asing akan mengaktifkan bagian otak yang belum digunakan sejak Anda mulai berbicara. Sebuah studi tahun 2007 di York University di Toronto, menemukan bahwa penggunaan beberapa bahasa dapat meningkatkan suplai darah ke otak untuk menjaga kesehatan koneksi saraf.

7. Menikmati musik
Selain mendengarkan musik, belajar juga untuk memainkan instrumen musik. Para ahli juga merekomendasikan untuk mengaktifkan dua indera sekaligus, seperti mendengarkan musik dan mencium bunga.

8. Latihan fisik
Latihan fisik juga dapat meningkatkan kesehatan otak, karena dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Menurut Stanford Center on Longevity and the Max Planck Institute for Human Development, latihan fisik dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori.

9. Hidup sosial
Otak dapat dilatih dengan menjalani kehidupan sosial Anda, misalnya dengan mengunjungi teman. Sebuah studi 2006 oleh Dr David Bennett dari Rush University Medical Center menemukan bahwa memiliki jaringan sosial dapat memberikan perlindungan terhadap gejala klinis penyakit Alzheimer.

10. Mencari hobi baru
Tantang otak untuk belajar keterampilan baru atau hal-hal yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Jika Anda bukan seniman, cobalah untuk belajar melukis atau memahat. Jika Anda bisa bermain piano, belajarlah memainkan gitar. Temukan sesuatu yang baru dan menarik untuk dapat menjaga otak tetap aktif.


Merry Wahyuningsih : detikHealth
detikcom - Jakarta,
Sabtu, 02/10/2010 08:04 WIB

Minggu, 12 Desember 2010

Pohon Apel & Anak Lelaki

POHON APEL & ANAK LELAKI


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang
bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya
hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang
daun-daunnya.
Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian
pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.


Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi
bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi
pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,"
pinta pohon apel itu.


"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak
lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk
membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang
untuk membeli mainan kegemaranmu. "

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada
dipohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak
pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya
datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk
keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang
semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu
dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak
lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.
Pohon apel
itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi denganku." kata
pohon apel.

"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang.Aku
ingin pergi berlibur dan berlayar.. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk
pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan
menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan
bersenang-senanglah ."


Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal
yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu."

"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab
anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon
apel.

"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.

"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.Yang
tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon
apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya
membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama
meninggalkanmu. "

"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik
untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan
akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat
gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.



Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua
kita.Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika
kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.

Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan
apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin
berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu,
tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang
terpenting: cintailah orang tua kita.

Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan
berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada
kita.

zaimah adnan <z_adima@yahoo.com>

KB

Percakapan ibu2 PKK di Solo Jateng.

"Bu Hesti, KB ngagem alat nopo?"
"Nganggé karèt KB paket BKKBN bu"

"Menawi Bu Sri?"
"Suntik"

"Lha Bu Yayuk?"
"Ngangge dingklik bu"

"Lho kok dingklik ??"
"Inggih bu, bojo kulo niku rak pendèk to nanging kulo duwur.
Padahal senengané bojo kulo menawi main kaliyan ngadheg., kepekso ancik2 dingklik"

"Terus nopo hubungané kaliyan KB?"
"Lha, nèk piyambake sampun badhe medal, dingkliké kulo tendang ...

Pasien RSJ

Seorang pasien RSJ terlihat tertawa-tawa sendiri sambil berdiri di samping sebuah Toyota Landcruiser milik seorang Dokter
'Ih Dokter payah masa 4x4 ga tahu sih!'
kemudian dia menuliskan '=16' di belakang tulisan 4x4 dengan menggunakan sebuah batu tajam dan kemudian pergi.

Saat Dokter pemilik mobil itu sadar bahwa mobilnya telah di baret, dia sangat kesal, lalu membawanya ke bengkel cat utk merapikan mobilnya

Setelah beberapa saat hal yang sama terulang kembali.
Si pasien RSJ berfikir, 'Wah memang selain payah, Dokter ini keras kepala juga...'
Lalu dia mengambil batu tajam dan menulis lagi '=16' seperti saat itu.

Karena terjadi terus menerus, si pemilik mobil itu putus asa, akhirnya dia sengaja menuliskan '=16' di belakang logo '4x4' dengan dicat dan dibuat sebagus mungkin.

Akhirnya orang gila itu melihat mobil tsb dan dilihatnya sdh tertulis '4x4=16'.

'Nah ini baru benar' pikirnya (sambil ambil batu lagi) dan kemudian dia menulis dibawahnya....
'PINTEERRR....!! Kalo 2x2 berapa??'

Waktu Terbaik bagi otak


8 Waktu Terbaik Bagi Otak

Vera Farah Bararah - detikHealth; Senin, 04/10/2010 11:08 WIB


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Banyak yang menduga hanya energi atau berat badan yang dapat berfluktuasi selama satu hari. Padahal otak manusia juga memiliki irama tersendiri dan ada waktu-waktu terbaiknya. Kapan saja waktu brilian untuk melakukan aktivitas tertentu?

Seperti dikutip dari
Health.MSN, Senin (4/10/2010) ada 8 waktu tertentu yang mana seseorang bisa menjadi brilian dalam melakukan tugas-tugasnya, yaitu:

Jam 7-9 pagi: Saat terbaik untuk meningkatkan semangat dan gairah
"Waktu tersebut merupakan saat yang sempurna untuk meningkatkan ikatan dengan pasangan ketika baru bangun tidur," ujar Ilia Karatsoreos, PhD, ahli saraf dari Rockefeller University.

Hal ini karena kadar hormon oksitosin (hormon cinta) berada di level tertinggi setelah bangun tidur. Waktu ini merupakan saat yang tepat untuk memperkuat hubungan dengan orang-orang yang paling penting dalam hidup. Peneliti Inggris menuturkan bahwa kadar oksitosin pada laki-laki akan berangsur-angsur menurun seiring berjalannya waktu.

Jam 9 pagi sampai 11 siang: Saat terbaik untuk kreativitas
Pada waktu tersebut otak memiliki hormon kortisol (hormon stres) yang cukup, sehingga dapat membantu memfokuskan pikiran dan hal ini tidak dipengaruhi oleh usia berapapun.

Saat ini merupakan waktu yang prima untuk belajar serta mengerjakan tugas yang membutuhkan analisa dan konsentrasi. Karena itu saatnya mengembangkan ide baru, membuat presentasi atau melakukan brainstorming.

Jam 11 sampai jam 2 siang: Saat terbaik untuk melakukan tugas yang sulit
Peneliti Jerman menuturkan saat tersebut hormon melatonin (hormon tidur) telah menurun tajam, sehingga tubuh lebih siap untuk mengerjakan beban proyek atau pekerjaan yang sulit dan keras.

Namun sebaiknya tetap tidak melakukan beberapa tugas secara bersamaan, karena akan membuat seseorang kehilngan konsentrasi. Karena itu saatnya melakukan presentasi atau melakukan tugas yang berat lainnya.

Jam 2-3 siang: Saat terbaik untuk beristirahat
Untuk mencerna makan siang, maka tubuh akan menarik darah dari otak ke perut, kondisi ini akan membuat asupan darah atau oksigen ke otak sedikit berkurang yang membuat seseorang jadi mengantuk. Untuk itu cobalah beristirahat sebentar dari pekerjaan.

Jika tetap harus bekerja dan melawan kantuk, cobalah berjalan-jalan sebentar, melakukan meditasi atau minum air putih. Hal ini bisa meningkatkan volume vaskuler dan sirkulasi sehingga meningkatkan aliran darah ke otak.

Jam 3 siang sampai 6 sore: Saat terbaik untuk kolaborasi
"Pada saat sekarang otak akan merasa sangat lelah," ujar Paul Nussbaum, PhD, seorang neuropsikolog klinis. Karena itu tak ada salahnya untuk melakukan kolaborasi dengan rekan kerja atau melakukan kegiatan yang berbeda. Meskipun otak tidak setajam waktu sebelumnya, tapi seseorang akan merasa lebih santai dan tekanan tubuhnya juga lebih rendah.

Jam 6 sore sampai 8 malam: Saat terbaik untuk melakukan tugas-tugas pribadi
Diantara jam tersebut, peneliti menemukan bahwa otak sudah masuk dalam tahap 'pemeliharaan', yaitu ketika produksi melatonin masih berada di level rendah.

Tak ada salahnya untuk berjalan-jalan seorang diri atau bersama teman-teman, menyiapkan makan malam atau menikmati waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga.

Jam 8-10 malam: Saat terbaik untuk bersantai
Pada saat ini ada transisi dari kondisi terjaga menjadi mengantuk, karena kadar hormon melatonin akan meningkat cepat. Sementara itu kadar serotonin (neurotransmitter yang berhubungan dengan semangat) akan memudar.

Rubin Naiman, PhD spesialis masalah tidur dari University of Arizona's Center for Integrative Medicine menuturkan sekitar 80 persen serotonin akan dirangsang dari paparan sinar matahari, sehingga jika matahari tenggelam kadar dalam dalam tubuh juga berkurang.

"Pada malam hari ketika otak sudah lelah, merupakan cara terbaik untuk membuat tubuh menjadi santai seperti menonton film lucu, merajut atau melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh santai atau rileks," ujar Naiman.

Jam 10 malam ke atas: Saat terbaik untuk tidur dan menuda segala kegiatan
Saat ini merupakan waktunya istirahat malam dan tidur, pengaturan cahaya akan dapat membantu membiarkan otak beristirahat. Setelah beberapa jam, otak akan siap kembali untuk memulai aktivitas baru.


Usahakan untuk mendapatkan tidur yang cukup sebanyak 7-8 jam, sehingga bisa mendapatkan kesehatan dan energi yang optimal di pagi hari.