Jumat, 08 April 2011

Sembelit

Sembelit Jangan Dianggap Remeh

Editor: Asep Candra

Oleh : Indira Permanasari

JAKARTA, KOMPAS.com - Sembelit alias sulit buang air besar kerap dipandang enteng dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, sembelit yang dibiarkan berlarut-larut berpengaruh buruk bagi kesehatan, termasuk mengakibatkan kanker. Kebiasaan buang air besar juga bisa menjadi pertanda hadirnya penyakit lain.

"Orang kerap abai meski berkali-kali hanya satu kali buang air besar dalam seminggu,” ujar Dadang Makmun, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Gastroenterologi, dalam jumpa pers mengenai Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi 2010 akhir pekan lalu. Bahkan, pernah terdapat kasus seseorang yang tidak buang air besar selama satu bulan.

Persoalan sembelit sebetulnya cukup umum atau ada di sejumlah negara. Di negara maju, seperti Amerika, gangguan ”ke belakang” akan menguras kantong. Kunjungan ke rumah sakit akibat konstipasi terhitung 2,5 juta orang setahun. Dari jumlah itu dan 100.000 orang terpaksa dirawat di rumah sakit. Di negeri itu, total pengeluaran untuk laksatif (obat pencahar) mencapai 800 juta dollar AS. ”Di Indonesia belum ada data nasional gangguan sembelit,” ujar Dadang.

Dia mencontohkan, dari 2.397 pasien di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi tahun 1998–2005, 9 persen dengan konstipasi. ”Diduga, jumlah penderita konstipasi di Indonesia cukup besar,” ujarnya.

Sebesar 36,4 persen menderita wasir dan sekitar 8 persen di antaranya menderita tumor ganas atau kanker usus besar. Terkadang ditemukan pula polip. Semakin lama kotoran di dalam perut, kontak dengan dinding usus bertambah sehingga rawan menyebabkan perubahan atau mutasi sel pada dinding usus.

Konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar kurang dari normal dengan waktu lama, kesulitan, dan disertai rasa sakit saat mengeluarkan tinja. Faktor yang mendasari konstipasi, antara lain, adalah kurang gerak, kurang minum, kurang serat, sering menunda buang air besar, kebiasaan menggunakan obat pencahar, efek samping obat-obatan tertentu, dan depresi. Gangguan lebih berat, seperti usus terbelit, usus tersumbat, dan kanker usus besar, juga bisa menjadi penyebab.

Proses buang air besar dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang mengantarkan tinja ke rektum (poros usus) untuk dikeluarkan. Tinja masuk dan meregangkan pipa poros usus diikuti relaksasi otot lingkar dubur dan kontraksi otot dasar panggul. Poros usus akan mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot-otot dinding perut.

Dilihat dari waktu

Ari Fahrial Syam dari Divisi Gastroenterologi RSUPN Cipto Mangunkusumo menegaskan, konstipasi dilihat dari waktu dan bentuk kotoran. Waktu transit makanan di dalam usus berkisar 12–72 jam. Frekuensi buang air besar kurang dari tiga kali dalam satu minggu sudah termasuk konstipasi.

Konstipasi dapat pula ditengarai dari bentuk kotoran, antara lain bergumpal-gumpal kecil atau terlalu cair. Apalagi, seseorang harus menunggu lama atau harus mengejan untuk mengeluarkan tinja.

Dua jenis konstipasi Konstipasi dibagi menjadi konstipasi primer dan sekunder. Konstipasi primer merupakan konstipasi fungsional yakni tidak ditemukan kelainan organik maupun biokimiawi di dalam tubuh setelah pemeriksaan saksama.

Adapun konstipasi sekunder merupakan konstipasi yang disebabkan penyakit lain, seperti kencing manis, hipotiroid, dan kanker usus besar. Jika usia seseorang berkisar 20–40 tahun, mengalami konstipasi sekunder, dan terdapat kelainan dalam pemeriksaan colok dubur, dokter akan memeriksa lebih lanjut.

”Untuk kasus demikian, penanganan tidak sekadar menghilangkan gejala konstipasinya, tetapi juga penyakit penyebabnya,” ujar Ari.

Dia mengatakan, penanganan konstipasi dimulai dengan perubahan gaya hidup selama 2–4 minggu. Rekomendasi yang diberikan, antara lain, adalah menambah masukan serat. Konsumsi serat masih menjadi masalah di Indonesia. Jumlah serat yang disarankan 25 gram. Namun, berdasarkan penelitian Kementerian Kesehatan, konsumsi serat masyarakat Indonesia di sejumlah kota masih 12,5 gram atau separuh dari rekomendasi.

Serat yang disarankan ialah yang diperoleh dengan diet berimbang sayur dan buah 50–60 persen, protein 30 persen, dan lemak 20–30 persen. Konsumsi air disarankan memadai, yakni 30–60 cc per jam dan olahraga yang cukup. Serat bersifat menahan air sehingga bermanfaat untuk melembabkan, melunakkan, dan memberikan berat pada feses.

Penggunaan obat pencahar diperbolehkan dan sedapat mungkin tidak dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Obat laksatif bekerja dengan cara membuat kotoran menggumpal atau merangsang usus bergerak. Ari mengatakan, dalam konsensus terakhir, dua obat pencahar, yakni anthraquinone dan tegaserod sudah ditarik karena ada efek samping. Obat anthraquinone merusak dinding usus dan tegaserod berefek ke jantung.

Belakangan, bakteri probiotik menjadi salah satu alternatif menangani konstipasi. Probiotik merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan dan mempunyai efek menguntungkan dengan meningkatkan kesehatan flora usus. Tingkat efektivitas tergantung galur (strain) bakteri tersebut.

Beberapa jenis probiotik, antara lain Bifidobacterium animalis lactis, Bifidobacterium bifidus, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium infantis, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus rhamnosus. Makanan yang difortifikasi dengan probiotik, antara lain, adalah produk susu seperti yogurt.

Jadi jelas sudah, kita tidak boleh main-main dengan konstipasi. Jika berbagai cara penanggulangan konstipasi primer tidak berhasil, diperlukan pembedahan usus. Namun, agar tidak dipusingkan dengan konstipasi tentu lebih baik mencegahnya sedari dini dan menjaga kondisi pencernaan baik-baik.

Seorang dokter ternama, Sir Arthur Hurst (1879–1944), terkenal dengan kata-katanya, ”Tidak ada organ di seluruh tubuh kita yang sangat disalahpahami, dijadikan kambing hitam, dan diperlakukan secara semena-semena seperti halnya usus besar”. Kasus sembelit sepertinya membuktikan ungkapan itu.


6 Resep Alami Atasi Sembelit

Editor: Asep Candra
Buah mengkudu yang banyak khasiat.

JAKARTA, KOMPAS.com - Konstipasi atau sembelit hampir pernah dialami oleh setiap orang. Banyak yang menyangka kalau sembelit hanya terjadi pada orang yang buang air besar (BAB) tidak teratur alias tidak setiap hari. Padahal, sebenarnya tidak ada aturan pasti berapa kali orang harus BAB dalam setiap minggu atau setiap hari.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan sembelit. Diet makanan yang kurang serat, minum, olahraga, serta ketergantungan pada obat pencahar, stroke, dan masalah pada usus besar, semua bisa jadi sebab.

Beberapa jenis obat-obatan juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya sembelit. Termasuk obat golongan narkotika, antasid yang mengandung aluminium dan kalsium, obat hipertensi, antidepresan, suplemen zat besi, antiparkinson, dan antisesak.

Penggunaan obat pencahar secara terus menerus untuk mengatasi sembelit sangat tidak dianjurkan. Selain membuat Anda menjadi tergantung dengan obat tersebut, efek yang terjadi dalam tubuh juga tidak baik. Sebab, usus tidak dirangsang untuk bekerja sendiri.

Nah, bila Anda mengalami sembelit, cobalah untuk minum air putih dalam jumlah banyak, 2-4 gelas. Anda juga bisa mengonsumsi pepaya. Sebab, pepaya mengandung papain yang dapat melunakkan feses. Kalau cara tersebut tidak berhasil, Anda juga masih bisa mencoba beberapa ramuan yang ditemukan ahli tanaman obat di bawah ini :

1. Daun wungu (Graptophyllum pictum (L). Griff) Daun wungu (atau pada beberapa literatur disebut dengan daun ungu) mengandung alkaloid non toksik, glikosod, steroid, saponin, tanin dan lendir. Saponin inilah yang mempunyai efek sebagai pencahar ringan (mild laxative). Ramuan: Daun wungu segar tujuh lembar, rebus dengan dua gelas air hingga jadi satu gelas. Saring kemudian minum.

2. Kejibeling (Strobilanthes crispus Bl) Kejibeling mengandung berbagai bahan kimia seperti kalium, asam silikat, natrium, kalsium, serta beberapa senyawa lain. Di samping itu, kejibeling mempunyai efek pencahar dan diuretik, sehingga baik untuk penderita sembelit. Ramuan: Setengah genggam daun keji beling segar dicuci hingga bersih. Kemudian rebus dengan dua gelas air sampai tersisa satu gelas. Saring dan minum.

3. Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Daun ketepeng cina mengandung zat samak serta bersifat sebagai laksatif. Selain itu, tanaman ini juga memiliki rasa pedas, hangat, insektisidal, obat cacing, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit. Efek farmakologi terutama didapat dari daunnya.

Ramuan: Daun ketepeng cina muda dan segar sebanyak tujuh lembar dididihkan dengan dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Angkat, saring, dan minum.

4. Lidah buaya (Aloe vera) Selain bermanfaat untuk rambut dan mengobati luka, lidah buaya juga berfungsi sebagai pencahar. Getah daun lidah buaya merupakan perantara pembersih yang cukup kuat. Namun, kandungan pencahar yang cukup kuat pada lidah buaya, anthraquinone, terkadang dapat menimbulkan diare dan kram usus. Itu sebabnya, harus digunakan dengan hati-hati. Ada baiknya melakukan konsultasi dengan ahli herbal atau naturopati.

Selain itu, lidah buaya kaya dengan kandungan kimia seperti aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, dan aloesin.

Ramuan: Separuh batang lidah buaya dicuci hingga bersih. Kemudian buang kulitnya. Isinya lantas dicincang, seduh dengan setengah cangkir air panas. Tambahkan satu sendok makan madu. Selagi hangat dimakan dua kali sehari. Catatan: Ramuan tersebut tidak diperuntukkan bagi wanita hamil, haid, dan penderita diare.

5. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Buah mengkudu disebut sebagai buah ajaib. Sebab, banyak khasiat yang bisa didapat dari mengkudu atau buah pace ini. Buah mengkudu mengandung alkaloid triterpenoid. Selain itu. mengkudu juga mengandung morindon yang merupakan zat warna merah dan berkhasiat sebagai pencahar.

Ramuan: Dua buah mengkudu masak dicuci dan parut. Tambahkan sedikit garam. Aduk hingga rata. Lalu peras dengan kain. Minum dua kali sehari.

6. Temulawak (Curcuma xanthorriza) Tanaman yang termasuk dalam keluarga Zingiberaceae ini mempunyai sifat agak pahit, antisembelit, antiradang, tonikum, diuretik, dan bakteriostatik. Efek tersebut didapat dari penggunaan rimpang, baik segar maupun dikeringkan.

Ramuan: Rimpang temulawak digiling halus bersama biji sesawi. Beri sedikit air. Peras, kemudian airnya diminum.

Atau, rimpang temulawak diiris ditambah dengan asam jawa dan gula jawa. Setelah itu tuangkan air mendidih, saring. Airnya kemudian diminum. Catatan: Jika Anda mengalami sembelit secara terus menerus, ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar